Bila, pertemuan mampu entaskan rindu canda bisa entaskan lara dan tawa mampu menghidupkan suasana Lalu, masihkah kau akan mencariku ? sebagaimana aku menanyakan kabarmu, sebagraimana aku diam - diam kebingungan mencarimu ketika tak dapat kutemukan engkau pada hari itu. Bila, diam adalah cara terbaik untuk mencinta dan ungkap hanya menghadirkan lara dan luka Lantas untuk apa ? untuk apa aku, dan segala keakuanku dengan lantang serta dengan segala kenaifan mengungkapkan rasa yang benar - benar ada ? jika segala tanya tak pernah kau pertanyakan kembali ? Bila, kagum dalam diam adalah hal terbaik yang bisa didapat, biarlah, biarlah aku terempas dalam keterasingan hingga lembah paling dalam, agar engkau, agar engkau dapat tersenyum lepas, senyum yang akan selalu aku nikmati, dalam diamku.
Hari demi hari berlalu.. Minggu.. Bulan.. Tahun.. Namun tidak denganku.. Terus berpacu dengan waktu, dan rindu yang bersatu padu. Ada masanya kita harus sadar bahwa, Hidup bukan hanya tentang tawa, senang, dan girang.. Adakalanya kita harus sedikit kecewa tentang, Tunggu yang tak kunjung pasti, Rasa yang tak berbalas, Senyuman yang tak pantas, hingga.. Sarapanpun nyaris tak ada rasa, hanya hambar.. Atau secangkir kopi yang pahit, dan teh tak bergula pagi hari.. Semua tentang kita.. Aku.. Yang terus bergelut dengan waktu; Terkejar rindu.. Dan minggu yang menggerutu. Tentang pekarangan yang rindang, Tentang harum tumisan masakan ibu, Riuhnya adik kecilku yang merengek, Semua yang nyata.. Nyata bahwa.. Masih ada cinta... Yang menantimu untuk pulang.. Menanti ceritamu tentang tualang.. Gerutumu kepada siang.. Dan aku.. Adalah tenang dalam deras arus sungai yang kencang.